Rabu, 16 Januari 2013

laporan lengkap planktonologi


I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Jumlah dan keanekaragaman jenis biota yang hidup di laut sangat menakjubkan, walaupun sudah banyak diketahui jenis-jenis tersebut ilmuan masih saja menemukan penghuni-penghuni baru terutama di daerah terpencil dan lingkungan laut yang dulunya tidak pernah dijangkau orang. Perbadaan dalam berbagai keadaan lingkungan laut sangat besar dalam mempengaruhi penyebaran biota-biota laut tersebut (Sunarto, 2008).
herman.kaenda@yahoo.co.idMeskipun di laut terdapat kehidupan yang sangat beragam, tetapi lazim biota laut hanya dikelompokkan kedalam tiga kategori utama yaitu plankton, nekton, dan bentos. Plankton adalah suatu organisme yang berukuran microkopis dimana pergerakannya sangat tergantung oleh arus di laut. Mereka terdiri dari           makhluk-makhluk yang hidupnya sebagai hewan (zooplankton) dan sebagai tumbuhan (phytoplankton). Kecilnya ukuran plankton tidaklah mengandung arti bahwa mereka adalah organisme yang kurang penting. Mereka merupakan sumber makanan bagi ikan komersial yang penting yang hidup di lautan, dengan kata lain kelangsungan hidup ikan bergantung pada jumlah plankton yang ada. Ikan merupakan salah satu makanan penting bagi manusia, secara tidak langsung makanan yang kita makanpun tergantung pada mereka (Widyoryni, 2011).

Habitat alami plankton adalah perairan tawar (sungai, danau, rawa), estuari dan air laut/pantai. Keberadaan plankton di suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu intensitas cahaya, suhu, dan kecerahan suatu perairan. Intensitas cahaya sangat dibutuhkan terutama bagi fitoplankton untuk melakukan proses fotosintesis karena fitoplankton sebagai tumbuhan mengandung pigmen klorofil yang mampu melaksanakan reaksi fotosintesis dimana air dan karbon dioksida dengan sinar surya dan garam-garam hara dapat menghasilkan senyawa organik seperti karbohidrat. Selain phytoplankton, zooplankton juga berperan dalam rantai makanan, dimana zooplankton ini merupakan produsen sekunder yang membutuhkan makanan berupa phytoplankton (Rahman, 2008).
Pengetahuan tentang plankton belumlah cukup jika hanya mempelajari teorinya saja tanpa ada praktek untuk mengamati dan mempelajari secara lansung mengenai plankton. Pengetahuan yang diperoleh pada saat mengikuti proses pembelajaran di ruangan dianggap belum cukup tanpa dibuktikan secara langsung mengenai hal-hal yang telah disampaikan pada saat proses pembelajaran tersebut. Untuk lebih mengetahui dan memahami tentang plankton maka perlulah kiranya diadakan praktikum mengenai planktonologi.



B. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum planktonologi  yaitu untuk mengetahui struktur komunitas dan penyebaran plankton pada badan air, struktur komunitas dan penyebaran benthik diatom pada subsrat dasar dan struktur komunitas dan penyebaran epiphyte yang melekat pada daun seagrass di perairan Bungku Toko Kecamatan Abeli.
Manfaat dari praktikum planktonologi yaitu sebagai bahan masukan untuk menambah ilmu pengetahuan, wawasan mengenai struktur komunitas dan penyebaran plankton pada badan air, struktur komunitas dan penyebaran benthik diatom pada subsrat dasar dan struktur komunitas dan penyebaran epiphyte yang melekat pada daun seagrass di perairan Bungku Toko Kecamatan Abeli.



















                                                                                                                    





II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Dekspripsi Umum Plankton
Difinisi tentang plankton (euplankton) telah banyak dikemukakan oleh para  ahli dengan pendapat yang hampir sama yakni seluruh kumpulan organisme baik hewan maupun tumbuhan yang hidup terapung atau melayang di dalam air, tidak dapat bergerak atau dapat bergerak sedikit dan tidak dapat melawan arus. Jenis organisme yang hidup mengembara mengikuti arus dengan cara menempel pada benda-benda terapung sedangkan ia sendiri tidak dapat berenang bebas disebut pseudoplankton. Termasuk kelompok pseudoplankton adalah organisme   penempel   seperti   teritip   (Bernacle   dan   Lepas).   Individu   plankton (plankter) umumnya berukuran mikroskopis,  meskipun demikian ada pula plankter yang berukuran beberapa meter misalnya Scyphozoa (Coelenterata) dapat mencapai ukuran 1 m dengan tentakel sepanjang 25 m. Zooplankton juga dapat bersifat sebagai pleuston (Physalia dan Velella) dan hyponeuston (Sulawesty, 2008).
Plankton adalah organisme yang melayang-layang pada badan air dan pergerakannya sangat dipengaruhi oleh arus. Ukuran plankton sangat bervariasi tergantung pada jenis dan penggolongan plankton namun umumnya mempunyai ukuran microscopic. Ukuran yang sangat kecil inilah sehingga untuk mempelajari plankton dipelajari metode khusus yang berbeda dengan penelitian terhadap organisme lain umumnya (Kasim dan Wanurgaya, 2009).
Plankton adalah organisme micro yang keberadaannya dalam lingkungan perairan sangat penting karena sebagai produser primer, plankton akan menghasilkan karbohidrat yang menjadi makanan konsumer primer dan menjadi dasar rantai makanan. Aktivitas fotosintesis yang dilakukan plankton akan menghasilkan karbohidrat dan oksigen, sehingga dapat meningkatkan kelarutan oksigen dalam perairan. Plankton sebagai penyumbang terbesar kelarutan oksigen pada lingkungan perairan keberadaannya sangat penting untuk menunjang kehidupan  dalam  air (Djumanto, dkk., 2009).
B. Penggolongan Plankton
Menrut nontji (2008), menyatakan bahwa penggolongn plankton Secara fungsional, plankton digolongkan menjadi empat golongan utama, yaitu fitoplankton, zooplankton, bakterioplankton, dan virioplankton. Berdasarkan ukuran plankton terbagai atas megaplankton (20-200 cm), makroplankton (2-20 cm) dan mesoplankton (0,2-20 mm). Berdasarkan daur  hidupnya plankton dibagi menjadi holoplankton, meroplankton dan tikoplankton. Berdasarkan sebaran horizontal yaitu plankton neritik dan plankton oseanik, sedangkan penggolongan plankton berdasarkan sebaran vertikal yaitu meliputi epiplankton , mesoplankton dan hipoplankton.
Secara garis besar plankton plankron dapat dibedakan menjadi dua golongan, yakni phytoplankton dan zooplankton. Phytoplankton merupakan hewan nabati yang berukuran microscopic dan bergerakannya sangat dipengaruhi oleh arus, mampu membuat makanannya sendiri dengan cara proses phosintesis karena mereka mengandung clorofil dalam selnya. Dengan kemampuan tersebut phytoplankton menempati urutan pertama dalam rantai makanan sebagai produser primer pada perairan terbuka. Zooplankton  yaitu plankton hewani yang bersifat herbivora tidak dapat mebuat makanannya sendiri dan akan memakan phytoplankton secara lansung, dari golongan karnivora memakan golongan herbivora (Sulawesty, 2008).
Phytoplankton merupakan salah satu komponen penting dalam suatu   ekosistem karena  memiliki kemampuan untuk menyerap langsung energy matahari melalui proses fotosintesa guna membentuk bahan organik dari bahan-bahan anorganik yang lazim dikenal sebagai produktivitas primer. Phytoplankton mampu membuat ikatan- ikatan organik yang komplek (glukosa) dari ikatan-ikatan anorganik sederhana, karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Energi matahari diabsorbsi oleh klorofil untuk membantu berlangsungnya reaksi kimia yang terjadi dalam proses fotosintesis tersebut (Widyorini, 2009).
Zooplankton memainkan berperan penting sebagai pemangsa yang mengontrol populasi  fitoplankton dan  bakteri.Zooplankton dapat mempengaruhi struktur komunitas secara langsung melalui pemangsaan selektif atau secara tidak langsung melalui regenerasi  nutrient. Berbagai studi telah menunjukkan penurunan biomassa fitoplankton tergantung dari densitas dan ukuran zooplankton  pemangsa (Evendi, 2011).

C. Dimensi Ruang Kehidupan Plankton
Menurut Widyorini, (2009). Plankton diklasifikasikan dalam lima kategori berdasarkan tempat hidupnya dan daerah penyebarannya yaitu limnoplankton yaitu plankton yang dapat hidup di air tawar atau di danau, patamoplankton yaitu plankton yang hidup di air mengalir, hipalmiroplankton yaitu plankton yang hidup di air payau atau estuaria, heleoplankton yaitu plankton yang hidup di kolam, haliplankton yaitu plankton yang hidup di air asin atau laut.
Zooplankton dapat dijumpai mulai dari perairan pantai, perairan estuari didepan muara sampai ke perairan di tengah samudra, dari perairan tropis ingga ke perairan kutub. Zooplankton ada yang hidup di permukaan dan ada pula yang hidup di perairan dalam. Adapula yang dapat melakukan migrasi vertikal harian dari lapisan dalam ke permukaan. Fitoplankton biasanya berkumpul di zona eufotik yaitu zona dengan intesitas cahaya masih memungkinkan terjadinya proses fotosintesis      (Nontji, 2008).
Pada suatu perairan sering dijumpai kandungan fitoplankton yang sangat melimpah akan tetapi pada tempat yang lain sangat sedikit. Keadaan ini disebabkan oleh bermacam-macam faktor antara lain angin, arus, nutrien, variasi kadar garam, kedalaman perairan, aktivitas pemangsaan serta adanya percampuran massa air. Penyebaran fitoplankton lebih merata dibandingkan dengan penyebaran zooplankton, hal ini karena kondisi perairan yang memungkinkan produksi fitoplankton seperti sifat fototaksis positif yang dimiliki dan menyenangi sinar dan mendekati cahaya (Djumanto, dkk., 2009).
D. Pola Adaptasi Plankton
Plankton hidup mengapung atau melayang dalam laut. Tentu diperlukan strategi yang jitu untuk itu, agar tidak mudah tenggelam. Melawan gravitasi atau daya tenggelam merupakan kunci untuk survival bagi plankton. Untuk dapat bertahan hidup dalam perairan dengan berbagai kondisi perairan dengan berbagai variasinya, plankton melakukan pola adaptasi baik dalam fungsi hal tubuh maupun morfologinya. Dalam bentuk morfologinya plankton memiliki tipe pola adaptasi seperti tipe kantong/gelembung, tipe jarum atau rambut, tipe pita, tipe bercabang.  Selain itu Selain itu plankton dapat dijumpai pada siang hari jenis phyto dan  temperature berkisar antara 24-34o C plankton dapat bertahan  dengan temperature 28-34o C, dan salinitas dampat mempengaruhi komposisi jenis 35 %o (Nontji, 2008).
Selain adaptasi morfologi  bebrapa jenis plankton ada juga yang memiliki kandungan  minyak yang ringan di dalam selnya, hingga akan mengurangi berat jenisnya atau  menambah daya apungnya. Minyak ini, lebih kecil dari berat jenis air laut merupakan produk dari fotosintesis  Viskosisitas air laut juga berpengaruh terhadap. penenggelaman plankton (bergantung pada suhu dan salinitas). Sedangkan pola adaptasi secara fisiologi yaitu dengan mengurangi berat lebih; Membentuk pelampung-pelampung yang berisi gas, karena kerapatan gas jauh lebih kecil daripada air, maka terjadi kemampuan mengapung; mengubah hambatan permukaan; mengubah bentuk tubuh; pembentukan bermacam duri atau tonjolan                      (Kasim &Wanurgayah, 2009).
Sebaran biomas  fitoplankton menunjukkan kelimpahan yang  homogen, tinggi  disebelah utara kemudian menurun kearah selatan, sedangkan zooplankton menunjukkan sebaran yang acak, meskipun sebaran zooplankton mengikuti pola sebaran fitoplankton, namun zooplankton aktif bergerak mengejar prey. Sebaran biomas fitoplankton cenderung dipengaruhi oleh kondisi perairan dan  musim karena  pertumbuhan fitoplankton sangat  dipengaruhi oleh ketersediaan zat hara. Fitoplankton tidak memiliki alat gerak seperti halnya pada zooplankton sehingga kemampuan gerakannya relatif terbatas dengan melakukan berbagai adaptasi untuk mempertahankan kedudukannya pada kolom air (Djumanto, dkk., 2009).
Perubahan jumlah kelimpahan populasi plankton disebabkan curah hujan dan arus. Curah hujan menyebabkan terjadinya pengenceran air dan penurunan salinitas, serta meningkatkan masukan unsur hara dari daratan yang terbawa oleh luapan air sungai. Pada musim penghujan pertumbuhan populasi fitoplankton cenderung tinggi dan melimpah, menyebabkan biota air lainnya, misalnya ikan, melakukan perkembangbiakan karena tersedia cukup makanan. Pertumbuhan fitoplankton secara kasar dapat digolongkan menjadi dua tipe, yaitu singkat, produktivitasnya meledak  sangat pesat panjang dan masa pertumbuhan sangat lambat. Kondisi cuaca yang relatif tenang dan perairan yang dangkal menyebabkan tidak terjadi stratifikasi suhu, populasi fitoplankton tumbuh dengan cepat di lapisan epilimnion yang tersedia cukup unsur hara dan sinar matahari (Nontji, 2008).
E. Peranan Plankton
fitoplankton menempati tempat yang terendah sebagai produser primer. Rantai makanan grazing di laut dimulai dari fitoplankton sebagai produser dan zooplankton sebagai konsumer (grazer). Apabila terjadi kematian baik fitoplankton maupun zooplankton maka akan menjadi mata rantai pertama dalam rantai makan detritus (detritus food chain). Kedua rantai makanan tersebut menjadi siklus dasar dalam produksi di laut  (Sunarto, 2008).
Dalam bidang perikanan, dijadikan sebagai makanan larva ikan, dilakukan melalui isolasi untuk mendapatkan satu spesis tertentu, misalnya Skeletonema. Kemudian dibudidayakan pada bak-bak terkontrol pada usaha pembibitan ikan untuk keperluan makanan larva ikan. Industri farmasi dan makanan suplemen, fitoplankton yang mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi digunakan sebagai makanan suplemen bagi penderita gangguan pencernaan dan yang membutuhkan energi tinggi. Contoh produk yang beredar dari jenis Chlorella (Nontji, 2008).



























III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Pengambilan sampel dilakukan pada hari Sabtu, 10 November 2012.  Mulai pukul 09.00 sampai 10.00 WITA, bertempat di Perairan Pantai Bungkutoko, Kecamatan Abeli, Kota Kendari.
Pengamatan laboratorium dilaksanakan pada hari Rabu, 14 November 2012, pukul 14.00 WITA yang  bertempat di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo, Kendari.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Planktonologi ini dapat dilihat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan bahan beserta kegunaannya
No
Alat dan Bahan
Satuan
Kegunaan
1
Alat



Plankton net
-
Untuk  mengambil/menyaring plankton

Ember (Volume 10 L) 
L
Untuk mengambil air laut.

Mikroskop
-
Untuk mengamati plankton.

Pipet tetes
Ml
Untuk mengambil sampel plankton

Botol film (100 ml)
Ml
Untuk menyimpan sampel.

Kaca penutup
-
Untuk tempat sampel air

Kaca obyek
-
Sebagai penutup kaca obyek.

Kertas label
-
Sebagai penanda sampel yang diambil.

Mistar
Cm


Buku identifikasi plankton
-
Sebagai panduan identifikasi spesies plankton.

Gunting
-
Untuk memotong epifit yang diambil diperairan

Pipa paralon
-
Untuk mengambil diatom dalam pasir

2

Bahan



Sampel air laut
-
Sebagai sampel untuk dianalisis planktonnya

Sampel epifit
-
Sebagai sampel untuk diamati

Larutan lugol 0,05
Ml
Sebagai pengawet plankton.
C. Metode Praktikum                                                                                                  
1. Pengamatan  Plankton Pada Badan Air
a.    Menentukan titik pengambilan sampel.
b.    Mengambil sampel air yang diketahui jumlah volumenya, kemudian menyaringnya dengan menggunakan plankton net.
c.    Memindahkan hasil penyaringan ke dalam botol sampel yang telah dilengkapi dengan informasi mengenai tempat/stasiun, waktu pengambilan, dan info lain yang menunjang keterangan sampel.
d.   Melakukan pengawetan dengan larutan lugol 0,02-0,04 ml.
e.    Menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan.
f.     Meneteskan sampel air pada kaca obyek dengan menggunakan pipet tetes, kemudian menutupnya dengan kaca penutup untuk pengamatan mikroskop.
g.    Melakukan pengamatan di bawah mikroskop, dengan pembesaran 100 x.
h.    Mengamati plankton yang ada tampak dengan perhitungan konversi dari luasan pandang (diameter) per jumlah sel yang diamati.
i.      Mencatat hasil pengamatan dan mengidentifikasi jenis-jenis plankton yang ditemukan.

2. Pengamatan Bentik Diatom Pada Permukaan Sediment
a.    Menentukan titik pengambilan sampel.
b.    Mengambil sampel sediment dengan menggunakan pipa paralon.
c.    Mengambil sampel pada kedalaman 10 cm, kemudian memisahkan sampel perkedalaman pada 2 plastik sampel yang telah diberi nomor,                  masing-masing 0-4 cm untuk lapisan permukaan sediment 4-10 cm untuk lapisan dasar sedimen.
d.   Menyimpan sampel kedalam freezer sewbelum diamati.
e.    Menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan.
f.     Menggoyang-goyangkan sampel plankton secara teratur hingga terjadi  percampuran merata dan menghindari terjadinya pengendapan plankton pada botol sampel.
g.    Meneteskan sampel air pada kaca obyek dengan menggunakan pipet tetes, kemudian menutupnya dengan kaca penutup untuk pengamatan mikroskop.
h.    Melakukan pengamatan di bawah mikroskop, dengan pembesaran 100 x.
i.      Mengamati plankton yang ada tampak dengan perhitungan konversi dari luasan pandang (diameter) per jumlah sel yang diamati.
j.      Mencatat hasil pengamatan dan mengidentifikasi jenis-jenis plankton yang ditemukan.


3. Pengamatan Epiphyte Pada Permukaan Daun Seagrass
a.    Menentukan daerah pengambilan sampel.
b.    Mengambil sampel daun seagrass dengan menggunting daun tersebut pada pangkal daun di atas rhizom.
c.    Membawa segera daun yang telah digunting ke darat.
d.   Melakukan pengukuran lebar dan panjang permukaan daun seagrass.
e.    Melakukan pengerukan/pelepasan epiphyte dengan hati-hati dengan menggunakan bagian yang tumpul dari gunting.
f.     Membasuh permukaan daun seagras dan kemudian daun tersebut gunting.
g.    Memasukkan epiphyte yang telah dibuka, ke dalam botol sampel dan memberi aquades sebanyak 5 ml, hingga total air yang ada dalam botol sampel           adalah 10 ml.
h.    Dengan segera melakukan pengawetan dengan larutan lugol sebanyak  0,04 ml.
i.      Menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan.
j.      Menggoyang-goyangkan sampel plankton secara teratur hingga terjadi  percampuran merata dan menghindari terjadinya pengendapan plankton pada botol sampel.
k.    Meneteskan sampel air pada kaca obyek dengan menggunakan pipet tetes, kemudian menutupnya dengan kaca penutup untuk pengamatan mikroskop.
l.      Melakukan pengamatan di bawah mikroskop, dengan pembesaran 100 x.
m.  Mengamati plankton yang ada tampak dengan perhitungan konversi dari luasan pandang (diameter) per jumlah sel yang diamati.
D. Analisis Data
1. Kelimpahan
Menurut Odum, (1996) Kelimpahan total plankton pada perairan dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
K = x  x x
Keterangan :
N    =   Jumlah total  individu.
n     =   Jumlah fitoplankton pada seluruh lapang pandang.
p     =   Jumlah lapang pandang yang diamati.
Oi   =   Luas kaca penutup (mm2).
Op              =   Luas seluruh lapang pandang (mm2).
Vr   =   Volume air yang tersaring dalam plankton net.
Vo              =   Volume satu tetes air sampel (ml)
Vs   =   Volume air yang disaring dalam plankton net (liter)
kriteria sama dengan Keanekaragaman yaitu
H’ < 1,0         = Kelimpahan rendah
1 < H’ < 3                 = Kelimpahan sedang
H’ > 3,0         = Kelimpahan tinggi
2. Indeks Keanekaragaman
Penentuan keanekaragaman fitoplankton yaitu dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
H’ =  (ni/N) x LN (ni/N)


Keterangan :
H’ =  Indeks keanekaragaman
ni  =  Jumlah individu spesies ke-i
N  =  Jumlah total individu
Dengan kriteria :
H’ < 1,        = Keanekaragaman rendah
H’>1 <3 span="span">      = Keanekaragaman sedang
H’ > 3,0     = Keanekaragaman tinggi



3. Indeks Keseragaman
Untuk menentukan  keseragaman jenis fitoplankton digunakan indeks keseragaman Krebs (1989) dan kriteria Odum (1996) sebagai berikut :   
E =  H’/H maks
Keterangan :
H maks     =  Log S
E               =  Indeks keseragaman
H’             =  Indeks keseragaman
S               =  Jumlah spesies
Dengan kriteria :
0 < E ≤ 0,5           = Komunitas fitoplankton tertekan
0,5 < E ≤ 0,75      = Komunitas fitoplankton labil
0,75 < E ≤ 1         = Komunitas fitoplankton stabil
4. Indeks Dominansi
Indeks dominansi dapat diperoleh dengan menggunakan formulasi dominansi Simpson (Kholik, 1997), sebagai berikut:
C = ∑ (Pi)2   
Keterangan :
C  =  Indeks dominansi
ni  =  Jumlah individu jenis ke-i
N  =  Jumlah total individu
Dengan kriteria :
C ≈ 0 atau C < 0,5   = Tidak terdapat jenis yang mendominasi.
C ≈ 1 atau C > 0,5   = Terdapat jenis yang mendominasi.





IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.  Gambaran Umum Lokasi














Gambar 1. Lokasi Pengambilan Sampel
(Sumber: Dokumen Pribadi)
Secara umum perairan pantai Bungkutoko Timur, berada dalam wilayah di Kecamatan Abeli Kota Kendari Sulawesi Tenggara. Yang terletak pada posisi astronomi 30, 58’, LS – 30, 59’, 30” LS dan 1220, 35’, 15” BT – 1220, 37’, 30”BT dengan luas wilayah ± 500 ha. Adapun kondisi geografis perairan Pantai Pulau Bungkutoko Timur sebagai berikut:
-          Sebelah Selatan berbatasan dengan Nambo
-          Sebelah Barat berhadapan dengan Teluk Kendari
-          Sebelah Utara berhadapan dengan Kelurahan Kasilampe
-          Sebelah Timur berhadapan dengan Laut Banda

B. Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan pada praktikum Planktonologi dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini :
 Table 2. Hasil Pengamatan Jenis Plankton pada Badan Air, Diatom dan Epifit
No
Jenis
Jumlah
1
Bacillaria sp.
1
2
Campylodiscus sp.
2
3
Pleurosigma directum
2
4
Cymbella sp.
1
5
Thalassiosira sp.
3
6
Eunotia sp.
3
7
Surirella sp.
2
8
Campyloneis sp.
2
9
Licmophora sp.
1
10
Chaetoceros sp.
2
11
Biddulphia sp.
1
12
Nitzschia sp.
3
13
Coscinodiscus sp.
2
14
Surire sp.
2
15
Tabellaria fenestrate
1
16
Diatoma  sp.
2
17
Rhizosolenia sp.
2

Hasil analisis data pada pengamatan jenis plankton di badan air, diatom dan epifit dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :
  Table 3. Hasil analisis data plankton
No
Variabel
Nilai
1
Kelimpahan (Ind/L)
27306,66667
2
Keanekaragaman (H’)
2,766855908
3
Dominasi (C)
0,06640625
4
Keseragaman (E)
0,976578736



C. Pembahasan
Plankton merupakan  organisme microskopik yang pada umumnya hidup melayang di dalam air atau mempunyai kemampuan renang sangat lemah sehingga pergerakannya dipengaruhi oleh arus air. Keanekaragaman suatu komunitas plankton bisa dinyatakan dengan menggunakan data dari jumlah spesies atau jumlah genera yang ada, distribusi dari biomassa komposisi pigmen atau jumlah dari parameter yang mudah bisa mengukur kondisi alamiah plankton. Dalam menyatakan keanekaragaman dilakukan dengan menentukan presentase komposisi dan spesies di dalam sampel.  Semakin banyak jenis organisme yang terdapat dalam sampel maka makin besar pula keanekaragaman, meskipun harga ini juga tergantung pada jumlah total individu masing-masing spesies.
Pengambilan sampel dilakukan pada pukul 10.00 WITA di Perairan Pantai Bungku Toko dengan tiga titik lokasi yaitu pengamatan plankton di kolom air, bentik diatom atau pada substrat dan pengambilan sampel epiphyte. Saat itu fitoplankton menyukai kondisi seperti itu kerana suhunya belum terlalu panas   pada pengambilan sampel suhu perairan Bungkutoko saat itu 30o C ,salinitas perairan Bungkutoko 35 %o dan pH 7. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nontji, (2008) bahwa Dalam bentuk morfologinya plankton memiliki tipe pola adaptasi seperti tipe kantong/gelembung, tipe jarum atau rambut, tipe pita, tipe bercabang.  Selain itu plankton dapat banyak dijumpai pada siang hari jenis phyto dan  temperature berkisar antara 24-34o C dan salinitas dampat mempengaruhi komposisi jenis.
Sampel pada kolom air dilakukan dengan menggunkan plankton net dilakukan dengan cara mengambil air laut sebanyak 10 kali, dengan volume ember yang digunakan untuk mengambil air laut yaitu sebesar 5 liter. Air laut yang diambil tadi kemudian disaring dengan menggunakan plankton net untuk menyaring plankton yang terdapat pada air laut tersebut, sampel plankton tersebut kemudian disimpan pada botol specimen yaitu botol sampel. Untuk bentik diatom diambil pada substrat dan sampel  ephypyte pada lamun  jenis (Enhalus ekroides) dengan lebar 1,4 cm dan panjang 10 cm, selanjutnya pengamatan sampel dilakukan di Laboratoium Produksi Perikanan Unhalu Kendari ditemukan 19 jenis plangkton yaitu Nitzschia sp., Navicula sp.,  Pleurosigma directum, Cocconeis sp., Thalassiosira sp.,  Eunotia sp., Surirella sp., Campyloneis sp., Licmophora, Chaetoceros sp., Biddulphia sp.,  Ditylum sp., Coscinodiscus sp., Surire sp., Tabellaria fenestrate, Diatoma sp., Asterionella sp., Amphipora sp., Pinnularia sp.
Berdasarkan data yang diperleh tersebut dilakukanlah analisa data mengenai kelimpahan, keanekaragaman dan dominasi serta keseragaman plankton. Kelimpahan diperoleh nilai yaitu 27306,66667 ind/L, keanekaragaman diperoleh                           sebesar 2,766855908 ind/mg dan dominasi sebesar 0,06640625 ind/mg serta keseragaman sebesar 0,976578736 ind/L. Dari hasil analisa ini dapat diketahui bahwa kelimpahan plankton di Perairan Pantai Bungku Toko sedang, keanekaragaman plankton di Perairan Pantai Bungku Toko  sedang. Hal Ini sesuai dengan kriteria Odum (1996), untuk menyatakan keanekaragaman suatu organisme jika  kelimpahan  lebih dari 1 kurang dari 3 maka dikategorikan keanekaragaman suatu organisme itu sedang, tidak terdapat jenis plankton yang mendominasi dan komunitas plankton di Perairan Pantai Bungku Toko stabil.
Hal lain yang mempengaruhi Perubahan jumlah kelimpahan populasi plankton disebabkan curah hujan dan arus. Curah hujan menyebabkan terjadinya pengenceran air dan penurunan salinitas, serta meningkatkan masukan unsur hara dari daratan yang terbawa oleh luapan air sungai. Pada musim penghujan pertumbuhan populasi fitoplankton cenderung tinggi dan melimpah, menyebabkan biota air lainnya, misalnya ikan, melakukan perkembangbiakan karena tersedia cukup makanan. Pertumbuhan fitoplankton secara kasar dapat digolongkan menjadi dua tipe, yaitu singkat, produktivitasnya meledak  sangat pesat panjang dan masa pertumbuhan sangat lambat. Kondisi cuaca yang relatif tenang dan perairan yang dangkal menyebabkan tidak terjadi stratifikasi suhu, populasi fitoplankton tumbuh dengan cepat di lapisan epilimnion yang tersedia cukup unsur hara dan sinar matahari (Nontji, 2008).
Belum dapat dipastikan bahwa ketidak tepatan waktu pengambilan sampel adalah penyebab tinggi rendahnya kelimpahan, keanekaragaman dan dominansi organisme planktonik pada ketiga tipe habitatnya. Diasumsikan bahwa masih ada faktor abiotik maupun biotik ataupun faktor pembatas yang ada dalam populasi itu sendiri lain yang tidak diamati yang turut mempengaruhi hal ini.


















V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, simpulan yang dapt ditarik dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.        Komunitas plankton pada badan air, pada daun sea grass sebagai epifit, dan pada substrat dasar perairan, mempunyai kondisi struktur komunitas yang  stabil
2.        Jenis-jenis plankton yang ditemukan Nitzschia sp., Navicula sp.,  Pleurosigma directum, Cocconeis sp., Thalassiosira sp.,  Eunotia sp., Surirella sp., Campyloneis sp., Licmophora, Chaetoceros sp., Biddulphia sp.,  Ditylum sp., Coscinodiscus sp., Surire sp., Tabellaria fenestrate, Diatoma sp., Asterionella sp., Amphipora sp., Pinnularia sp.
B. Saran
Sebaiknya penjelasan tentang karakteristik dan sedikit pemahaman mengenai plankton yang ditemukan dibawah mikroskop dijelaskan secara singkat agar praktikan lebih tertarik dan mengerti tentang objek plankton yang diamati dan pada saat pengmatan berlansung dibedakan mana jenis plankton yang ada pada badan air, bentik diatom dan ephypite agar dalam menganalisa data untuk ketiga kelompok tersebut tidak kacau balau.
            .

















DAFTAR PUSTAKA
Djumanto., Sidabutar, T., Pontororing, H., Leipary, R. 2009. Pola Sebaran Horizontal dan Kerapatan Plankton Di Perairan Bawean. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 13 Hal.
Evendi, E. 2011. Pemodelan Peran Zooplankton Dalam Siklus Nitrogen Di Teluk Lampung. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 14 Hal.
Kasim, M., Wanurgaya. 2009. Penuntun Praktikum Planktonology. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo. Kendari. 30 Hal..
Nontji, A. 2008. Plankton Laut. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Jakarta.
Rahman, A. 2008. Kajian Kandungan Phospat dan Nitrat Pengaruhnya terhadap Kelimpahan Jenis Plankton di Perairan Muara Sungai Nelayan. Kalimantan Scientiae. (71). 24 Hal.
Sulawesty, F. 2008. Komposisi Diatom Epifit di Perairan Busang. Kalimantan.Warta Limnologi.(41). 35-44.
Sunarto. 2008. Karakteristik Biologi dan Peranan Plankton Bagi Ekosistem Laut. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjajaran. Jatinangor.     41 Hal.
Widyorini, N. 2009. The Community Structure Of Phytoplankton Based On Pigment Content in Jepara Estuary. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang. Jurnal Saintek Perikanan. (2). 69–75.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar