I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jumlah dan
keanekaragaman jenis biota yang hidup di laut sangat menakjubkan, walaupun
sudah banyak diketahui jenis-jenis tersebut ilmuan masih saja menemukan
penghuni-penghuni baru terutama di daerah terpencil dan lingkungan laut yang
dulunya tidak pernah dijangkau orang. Perbadaan dalam berbagai keadaan
lingkungan laut sangat besar dalam mempengaruhi penyebaran biota-biota laut
tersebut (Sunarto, 2008).
Habitat alami plankton
adalah perairan tawar (sungai, danau, rawa), estuari dan air laut/pantai. Keberadaan
plankton di suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu intensitas
cahaya, suhu, dan kecerahan suatu perairan. Intensitas cahaya sangat dibutuhkan
terutama bagi fitoplankton untuk melakukan proses fotosintesis karena
fitoplankton sebagai tumbuhan mengandung pigmen klorofil yang mampu melaksanakan
reaksi fotosintesis dimana air dan karbon dioksida dengan sinar surya dan
garam-garam hara dapat menghasilkan senyawa organik seperti karbohidrat. Selain
phytoplankton, zooplankton juga berperan dalam rantai makanan, dimana
zooplankton ini merupakan produsen sekunder yang membutuhkan makanan berupa phytoplankton
(Rahman, 2008).
Pengetahuan tentang plankton belumlah cukup jika hanya
mempelajari teorinya saja tanpa ada praktek untuk mengamati dan mempelajari
secara lansung mengenai plankton. Pengetahuan yang diperoleh pada saat
mengikuti proses pembelajaran di ruangan dianggap belum cukup tanpa dibuktikan
secara langsung mengenai hal-hal yang telah disampaikan pada saat proses
pembelajaran tersebut. Untuk lebih mengetahui dan memahami tentang plankton maka
perlulah kiranya diadakan praktikum mengenai planktonologi.
B. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum
planktonologi yaitu untuk mengetahui
struktur komunitas dan penyebaran plankton pada badan air, struktur komunitas
dan penyebaran benthik diatom pada subsrat dasar dan struktur komunitas dan
penyebaran epiphyte yang melekat pada daun seagrass
di perairan Bungku Toko Kecamatan Abeli.
Manfaat dari praktikum
planktonologi yaitu sebagai bahan masukan untuk menambah ilmu pengetahuan,
wawasan mengenai struktur komunitas dan penyebaran plankton pada badan air,
struktur komunitas dan penyebaran benthik diatom pada subsrat dasar dan
struktur komunitas dan penyebaran epiphyte yang melekat pada daun seagrass di perairan Bungku Toko
Kecamatan Abeli.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Dekspripsi Umum Plankton
Difinisi tentang plankton (euplankton) telah banyak dikemukakan oleh
para
ahli
dengan
pendapat yang hampir sama yakni seluruh kumpulan organisme baik hewan maupun tumbuhan yang hidup terapung atau melayang
di
dalam air, tidak dapat bergerak atau dapat bergerak sedikit dan tidak dapat melawan arus. Jenis organisme yang hidup
mengembara mengikuti arus dengan cara menempel pada benda-benda terapung sedangkan ia
sendiri tidak dapat berenang bebas
disebut pseudoplankton. Termasuk kelompok pseudoplankton adalah organisme penempel seperti
teritip
(Bernacle dan Lepas). Individu plankton
(plankter) umumnya berukuran mikroskopis,
meskipun demikian ada pula plankter yang
berukuran beberapa meter misalnya Scyphozoa (Coelenterata) dapat mencapai ukuran 1 m dengan tentakel sepanjang 25 m. Zooplankton juga dapat bersifat sebagai pleuston
(Physalia dan Velella)
dan hyponeuston (Sulawesty,
2008).
Plankton adalah
organisme yang melayang-layang pada badan air dan pergerakannya sangat
dipengaruhi oleh arus. Ukuran plankton sangat bervariasi tergantung pada jenis
dan penggolongan plankton namun umumnya mempunyai ukuran microscopic. Ukuran
yang sangat kecil inilah sehingga untuk mempelajari plankton dipelajari metode
khusus yang berbeda dengan penelitian terhadap organisme lain umumnya (Kasim
dan Wanurgaya, 2009).
Plankton
adalah organisme micro yang keberadaannya dalam lingkungan perairan sangat penting karena sebagai produser primer, plankton akan menghasilkan karbohidrat yang
menjadi makanan konsumer primer dan menjadi dasar rantai makanan. Aktivitas fotosintesis yang dilakukan plankton akan menghasilkan karbohidrat dan oksigen, sehingga dapat meningkatkan
kelarutan oksigen dalam perairan. Plankton sebagai penyumbang
terbesar kelarutan oksigen pada lingkungan perairan keberadaannya sangat penting untuk menunjang kehidupan dalam
air
(Djumanto, dkk., 2009).
B.
Penggolongan Plankton
Menrut nontji (2008), menyatakan
bahwa penggolongn plankton Secara fungsional, plankton digolongkan menjadi
empat golongan utama, yaitu fitoplankton, zooplankton, bakterioplankton, dan
virioplankton. Berdasarkan ukuran plankton terbagai atas megaplankton (20-200
cm), makroplankton (2-20 cm) dan mesoplankton (0,2-20 mm). Berdasarkan daur hidupnya plankton dibagi menjadi holoplankton,
meroplankton dan tikoplankton. Berdasarkan sebaran horizontal yaitu plankton neritik
dan plankton oseanik, sedangkan penggolongan plankton berdasarkan sebaran vertikal
yaitu meliputi epiplankton , mesoplankton dan hipoplankton.
Secara garis besar
plankton plankron dapat dibedakan menjadi dua golongan, yakni phytoplankton dan
zooplankton. Phytoplankton merupakan hewan nabati yang berukuran microscopic
dan bergerakannya sangat dipengaruhi oleh arus, mampu membuat makanannya
sendiri dengan cara proses phosintesis karena mereka mengandung clorofil dalam
selnya. Dengan kemampuan tersebut phytoplankton menempati urutan pertama dalam
rantai makanan sebagai produser primer pada perairan terbuka. Zooplankton yaitu plankton hewani yang bersifat herbivora
tidak dapat mebuat makanannya sendiri dan akan memakan phytoplankton secara
lansung, dari golongan karnivora memakan golongan herbivora (Sulawesty, 2008).
Phytoplankton merupakan salah satu
komponen
penting
dalam
suatu ekosistem karena memiliki kemampuan untuk menyerap langsung
energy matahari
melalui
proses fotosintesa guna membentuk bahan organik
dari
bahan-bahan anorganik yang lazim dikenal
sebagai produktivitas primer.
Phytoplankton
mampu membuat ikatan-
ikatan organik yang komplek
(glukosa) dari ikatan-ikatan anorganik sederhana, karbondioksida
(CO2) dan air (H2O). Energi matahari diabsorbsi oleh klorofil untuk membantu berlangsungnya
reaksi kimia yang terjadi
dalam proses fotosintesis tersebut (Widyorini, 2009).
Zooplankton memainkan berperan penting sebagai
pemangsa yang mengontrol
populasi
fitoplankton dan bakteri.Zooplankton dapat mempengaruhi struktur komunitas secara langsung melalui pemangsaan selektif
atau secara tidak langsung melalui regenerasi nutrient.
Berbagai
studi telah menunjukkan penurunan biomassa fitoplankton tergantung dari densitas dan ukuran zooplankton pemangsa
(Evendi, 2011).
C. Dimensi Ruang Kehidupan Plankton
Menurut Widyorini, (2009). Plankton diklasifikasikan dalam lima kategori berdasarkan
tempat hidupnya dan daerah penyebarannya yaitu limnoplankton yaitu plankton
yang dapat hidup di air tawar atau di danau, patamoplankton yaitu plankton yang
hidup di air mengalir, hipalmiroplankton yaitu plankton yang hidup di air payau
atau estuaria, heleoplankton yaitu plankton yang hidup di kolam, haliplankton
yaitu plankton yang hidup di air asin atau laut.
Zooplankton dapat dijumpai mulai dari perairan pantai,
perairan estuari didepan muara sampai ke perairan di tengah samudra, dari
perairan tropis ingga ke perairan kutub. Zooplankton ada yang hidup di
permukaan dan ada pula yang hidup di perairan dalam. Adapula yang dapat
melakukan migrasi vertikal harian dari lapisan dalam ke permukaan.
Fitoplankton biasanya
berkumpul di zona eufotik yaitu zona dengan intesitas cahaya masih memungkinkan
terjadinya proses fotosintesis (Nontji, 2008).
Pada suatu
perairan sering dijumpai kandungan fitoplankton yang sangat melimpah akan
tetapi pada tempat yang lain sangat sedikit. Keadaan ini disebabkan oleh
bermacam-macam faktor antara lain angin, arus, nutrien, variasi kadar garam,
kedalaman perairan, aktivitas pemangsaan serta adanya percampuran massa air. Penyebaran
fitoplankton lebih merata dibandingkan dengan penyebaran zooplankton, hal ini karena kondisi perairan
yang memungkinkan produksi fitoplankton seperti sifat fototaksis positif yang
dimiliki dan menyenangi sinar dan mendekati cahaya (Djumanto, dkk., 2009).
D.
Pola Adaptasi Plankton
Plankton hidup mengapung atau melayang dalam laut. Tentu diperlukan
strategi yang jitu untuk itu, agar tidak mudah tenggelam. Melawan gravitasi
atau daya tenggelam merupakan kunci untuk survival
bagi plankton. Untuk dapat bertahan hidup dalam perairan dengan berbagai
kondisi perairan dengan berbagai variasinya, plankton melakukan pola adaptasi
baik dalam fungsi hal tubuh maupun morfologinya. Dalam bentuk morfologinya
plankton memiliki tipe pola adaptasi seperti tipe kantong/gelembung, tipe jarum
atau rambut, tipe pita, tipe bercabang.
Selain itu Selain itu plankton dapat dijumpai pada
siang hari jenis phyto dan temperature
berkisar antara 24-34o C plankton dapat bertahan
dengan temperature 28-34o C, dan salinitas dampat
mempengaruhi komposisi jenis 35 %o (Nontji, 2008).
Selain adaptasi morfologi bebrapa
jenis plankton ada juga yang memiliki kandungan
minyak yang ringan di dalam selnya, hingga akan mengurangi berat
jenisnya atau menambah daya apungnya.
Minyak ini, lebih kecil dari berat jenis air laut merupakan produk dari
fotosintesis Viskosisitas air laut juga
berpengaruh terhadap. penenggelaman plankton (bergantung pada suhu dan
salinitas). Sedangkan pola adaptasi secara fisiologi yaitu dengan mengurangi
berat lebih; Membentuk pelampung-pelampung yang berisi gas, karena kerapatan
gas jauh lebih kecil daripada air, maka terjadi kemampuan mengapung; mengubah
hambatan permukaan; mengubah bentuk tubuh; pembentukan bermacam duri atau
tonjolan (Kasim
&Wanurgayah, 2009).
Sebaran biomas fitoplankton menunjukkan kelimpahan yang homogen, tinggi
disebelah utara kemudian menurun kearah selatan, sedangkan zooplankton menunjukkan sebaran yang
acak, meskipun sebaran zooplankton mengikuti pola sebaran fitoplankton, namun zooplankton aktif bergerak mengejar prey. Sebaran biomas fitoplankton cenderung dipengaruhi oleh kondisi perairan
dan musim
karena
pertumbuhan fitoplankton sangat
dipengaruhi oleh
ketersediaan zat hara. Fitoplankton tidak memiliki alat gerak seperti halnya pada zooplankton sehingga kemampuan gerakannya relatif
terbatas dengan melakukan berbagai
adaptasi untuk mempertahankan kedudukannya pada kolom
air
(Djumanto, dkk., 2009).
Perubahan jumlah kelimpahan populasi plankton
disebabkan curah hujan dan arus. Curah hujan menyebabkan
terjadinya pengenceran air dan
penurunan salinitas, serta meningkatkan
masukan unsur hara dari daratan yang terbawa oleh luapan air sungai. Pada musim penghujan pertumbuhan populasi fitoplankton cenderung tinggi dan melimpah, menyebabkan biota air lainnya, misalnya ikan, melakukan perkembangbiakan karena tersedia cukup makanan. Pertumbuhan fitoplankton secara kasar dapat digolongkan menjadi dua tipe,
yaitu singkat, produktivitasnya meledak
sangat pesat
panjang dan masa pertumbuhan sangat lambat. Kondisi cuaca yang relatif tenang dan perairan yang dangkal menyebabkan tidak terjadi stratifikasi suhu, populasi fitoplankton tumbuh dengan cepat di
lapisan epilimnion yang tersedia cukup unsur hara dan sinar matahari
(Nontji, 2008).
E.
Peranan Plankton
fitoplankton menempati tempat yang terendah sebagai produser primer. Rantai
makanan grazing di laut dimulai dari fitoplankton sebagai produser dan zooplankton
sebagai konsumer (grazer). Apabila terjadi kematian baik fitoplankton
maupun zooplankton maka akan menjadi mata rantai pertama dalam rantai makan
detritus (detritus food chain). Kedua rantai makanan tersebut menjadi
siklus dasar dalam produksi di laut
(Sunarto, 2008).
Dalam bidang perikanan, dijadikan sebagai makanan larva ikan,
dilakukan melalui isolasi untuk mendapatkan satu spesis tertentu, misalnya
Skeletonema. Kemudian dibudidayakan pada bak-bak terkontrol pada usaha
pembibitan ikan untuk keperluan makanan larva ikan. Industri farmasi dan
makanan suplemen, fitoplankton yang mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi digunakan sebagai
makanan suplemen bagi penderita gangguan pencernaan dan yang membutuhkan energi
tinggi. Contoh produk yang beredar dari jenis Chlorella (Nontji, 2008).
III.
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu
dan Tempat
Pengambilan sampel dilakukan pada
hari Sabtu, 10 November 2012. Mulai
pukul 09.00 sampai 10.00 WITA,
bertempat di Perairan Pantai Bungkutoko, Kecamatan Abeli, Kota Kendari.
Pengamatan laboratorium
dilaksanakan pada hari Rabu, 14 November 2012, pukul 14.00 WITA yang bertempat di
Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo,
Kendari.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam
praktikum Planktonologi ini dapat dilihat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan bahan beserta kegunaannya
No
|
Alat dan Bahan
|
Satuan
|
Kegunaan
|
1
|
Alat
|
||
Plankton net
|
-
|
Untuk
mengambil/menyaring plankton
|
|
Ember (Volume 10 L)
|
L
|
Untuk mengambil air laut.
|
|
Mikroskop
|
-
|
Untuk mengamati
plankton.
|
|
Pipet tetes
|
Ml
|
Untuk mengambil sampel plankton
|
|
Botol film (100 ml)
|
Ml
|
Untuk menyimpan sampel.
|
|
Kaca penutup
|
-
|
Untuk tempat sampel air
|
|
Kaca obyek
|
-
|
Sebagai penutup kaca obyek.
|
|
Kertas label
|
-
|
Sebagai penanda sampel yang diambil.
|
|
Mistar
|
Cm
|
||
Buku identifikasi plankton
|
-
|
Sebagai panduan identifikasi spesies
plankton.
|
|
Gunting
|
-
|
Untuk memotong epifit yang diambil
diperairan
|
|
Pipa paralon
|
-
|
Untuk mengambil diatom dalam pasir
|
|
2
|
Bahan
|
||
Sampel air laut
|
-
|
Sebagai sampel untuk dianalisis planktonnya
|
|
Sampel epifit
|
-
|
Sebagai sampel untuk diamati
|
|
Larutan lugol 0,05
|
Ml
|
Sebagai pengawet plankton.
|
C. Metode
Praktikum
1. Pengamatan
Plankton Pada Badan Air
a.
Menentukan titik pengambilan sampel.
b.
Mengambil
sampel air yang diketahui jumlah volumenya, kemudian menyaringnya dengan
menggunakan plankton net.
c.
Memindahkan
hasil penyaringan ke dalam botol sampel yang telah dilengkapi dengan informasi
mengenai tempat/stasiun, waktu pengambilan, dan info lain yang menunjang
keterangan sampel.
d.
Melakukan
pengawetan dengan larutan lugol 0,02-0,04 ml.
e.
Menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan.
f.
Meneteskan
sampel air pada kaca obyek dengan menggunakan pipet tetes, kemudian menutupnya dengan
kaca penutup untuk pengamatan mikroskop.
g.
Melakukan
pengamatan di bawah mikroskop, dengan pembesaran 100 x.
h.
Mengamati
plankton yang ada tampak dengan perhitungan konversi dari luasan pandang
(diameter) per jumlah sel yang diamati.
i.
Mencatat
hasil pengamatan dan mengidentifikasi jenis-jenis plankton yang ditemukan.
2. Pengamatan Bentik Diatom Pada Permukaan
Sediment
a.
Menentukan titik pengambilan sampel.
b.
Mengambil
sampel sediment
dengan menggunakan pipa paralon.
c.
Mengambil sampel pada kedalaman 10 cm, kemudian
memisahkan sampel perkedalaman pada 2 plastik sampel yang telah diberi
nomor, masing-masing 0-4
cm untuk lapisan permukaan sediment 4-10 cm untuk lapisan dasar sedimen.
d.
Menyimpan sampel kedalam freezer sewbelum
diamati.
e.
Menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan.
f.
Menggoyang-goyangkan
sampel plankton secara teratur hingga terjadi
percampuran merata dan menghindari terjadinya pengendapan plankton pada
botol sampel.
g.
Meneteskan
sampel air pada kaca obyek dengan menggunakan pipet tetes, kemudian menutupnya
dengan kaca penutup untuk pengamatan mikroskop.
h.
Melakukan
pengamatan di bawah mikroskop, dengan pembesaran 100 x.
i.
Mengamati
plankton yang ada tampak dengan perhitungan konversi dari luasan pandang
(diameter) per jumlah sel yang diamati.
j.
Mencatat
hasil pengamatan dan mengidentifikasi jenis-jenis plankton yang ditemukan.
3. Pengamatan Epiphyte
Pada Permukaan Daun Seagrass
a.
Menentukan daerah pengambilan sampel.
b.
Mengambil
sampel daun seagrass dengan menggunting daun tersebut pada pangkal daun di atas
rhizom.
c.
Membawa
segera daun yang telah digunting ke darat.
d.
Melakukan
pengukuran lebar dan panjang permukaan daun seagrass.
e.
Melakukan
pengerukan/pelepasan epiphyte dengan hati-hati dengan menggunakan bagian yang
tumpul dari gunting.
f.
Membasuh
permukaan daun seagras dan kemudian daun tersebut gunting.
g.
Memasukkan
epiphyte yang telah dibuka, ke dalam botol sampel dan memberi aquades sebanyak
5 ml, hingga total air yang ada dalam botol sampel adalah 10 ml.
h.
Dengan
segera melakukan pengawetan dengan larutan lugol sebanyak 0,04 ml.
i.
Menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan.
j.
Menggoyang-goyangkan
sampel plankton secara teratur hingga terjadi
percampuran merata dan menghindari terjadinya pengendapan plankton pada
botol sampel.
k.
Meneteskan
sampel air pada kaca obyek dengan menggunakan pipet tetes, kemudian menutupnya
dengan kaca penutup untuk pengamatan mikroskop.
l.
Melakukan
pengamatan di bawah mikroskop, dengan pembesaran 100 x.
m.
Mengamati
plankton yang ada tampak dengan perhitungan konversi dari luasan pandang
(diameter) per jumlah sel yang diamati.
D. Analisis Data
1. Kelimpahan
Menurut Odum, (1996) Kelimpahan total
plankton pada perairan dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
K = x x x
Keterangan :
N = Jumlah total individu.
n = Jumlah fitoplankton pada seluruh lapang pandang.
p = Jumlah lapang pandang yang diamati.
Oi = Luas kaca penutup (mm2).
Op
= Luas seluruh lapang pandang
(mm2).
Vr = Volume air yang tersaring dalam plankton
net.
Vo
= Volume satu tetes air sampel
(ml)
Vs
= Volume air yang disaring dalam
plankton net (liter)
kriteria sama dengan Keanekaragaman yaitu
H’ < 1,0 =
Kelimpahan rendah
1 < H’ < 3
= Kelimpahan sedang
H’ > 3,0 = Kelimpahan tinggi
2.
Indeks Keanekaragaman
Penentuan keanekaragaman fitoplankton yaitu dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut:
H’ = ∑ (ni/N) x LN (ni/N)
Keterangan :
H’ = Indeks keanekaragaman
ni = Jumlah individu spesies ke-i
N = Jumlah total individu
Dengan kriteria :
H’ < 1, = Keanekaragaman rendah
H’>1 <3 span="span"> = Keanekaragaman sedang3>
H’ > 3,0 = Keanekaragaman
tinggi
3. Indeks Keseragaman
Untuk menentukan keseragaman
jenis fitoplankton digunakan indeks keseragaman Krebs (1989) dan kriteria Odum
(1996) sebagai berikut :
E = H’/H maks
Keterangan :
H maks = Log
S
E =
Indeks keseragaman
H’ =
Indeks keseragaman
S = Jumlah spesies
Dengan
kriteria :
0 <
E ≤ 0,5 = Komunitas fitoplankton
tertekan
0,5
< E ≤ 0,75 = Komunitas
fitoplankton labil
0,75 < E ≤ 1 = Komunitas
fitoplankton stabil
4. Indeks Dominansi
Indeks dominansi dapat diperoleh dengan menggunakan formulasi dominansi
Simpson (Kholik, 1997), sebagai berikut:
C = ∑ (Pi)2
Keterangan :
C = Indeks dominansi
ni = Jumlah individu jenis
ke-i
N = Jumlah total individu
Dengan kriteria :
C ≈ 0 atau C < 0,5 = Tidak terdapat jenis
yang mendominasi.
C ≈ 1 atau C > 0,5 = Terdapat jenis yang
mendominasi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi
Gambar 1. Lokasi
Pengambilan Sampel
(Sumber: Dokumen
Pribadi)
Secara umum perairan
pantai Bungkutoko Timur, berada dalam wilayah di Kecamatan Abeli Kota Kendari
Sulawesi Tenggara. Yang terletak pada posisi astronomi 30, 58’, LS –
30, 59’, 30” LS dan 1220, 35’, 15” BT – 1220,
37’, 30”BT dengan luas wilayah ± 500 ha. Adapun kondisi geografis perairan
Pantai Pulau Bungkutoko Timur sebagai berikut:
-
Sebelah Selatan berbatasan dengan Nambo
-
Sebelah Barat berhadapan dengan Teluk
Kendari
-
Sebelah Utara berhadapan dengan
Kelurahan Kasilampe
-
Sebelah Timur berhadapan dengan Laut
Banda
B. Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan pada praktikum Planktonologi
dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini :
Table
2. Hasil Pengamatan Jenis Plankton pada Badan Air, Diatom dan Epifit
No
|
Jenis
|
Jumlah
|
1
|
Bacillaria sp.
|
1
|
2
|
Campylodiscus sp.
|
2
|
3
|
Pleurosigma directum
|
2
|
4
|
Cymbella sp.
|
1
|
5
|
Thalassiosira sp.
|
3
|
6
|
Eunotia sp.
|
3
|
7
|
Surirella sp.
|
2
|
8
|
Campyloneis sp.
|
2
|
9
|
Licmophora sp.
|
1
|
10
|
Chaetoceros sp.
|
2
|
11
|
Biddulphia sp.
|
1
|
12
|
Nitzschia sp.
|
3
|
13
|
Coscinodiscus sp.
|
2
|
14
|
Surire sp.
|
2
|
15
|
Tabellaria fenestrate
|
1
|
16
|
Diatoma sp.
|
2
|
17
|
Rhizosolenia sp.
|
2
|
Hasil
analisis data pada pengamatan jenis plankton di badan air, diatom dan epifit
dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :
Table
3. Hasil analisis data plankton
No
|
Variabel
|
Nilai
|
1
|
Kelimpahan (Ind/L)
|
27306,66667
|
2
|
Keanekaragaman (H’)
|
2,766855908
|
3
|
Dominasi (C)
|
0,06640625
|
4
|
Keseragaman (E)
|
0,976578736
|
C. Pembahasan
Plankton merupakan
organisme microskopik yang pada umumnya hidup melayang di dalam air atau
mempunyai kemampuan renang sangat lemah sehingga pergerakannya dipengaruhi oleh
arus air. Keanekaragaman suatu komunitas plankton bisa dinyatakan dengan
menggunakan data dari jumlah spesies atau jumlah genera yang ada, distribusi
dari biomassa komposisi pigmen atau jumlah dari parameter yang mudah bisa mengukur
kondisi alamiah plankton. Dalam menyatakan keanekaragaman dilakukan dengan
menentukan presentase komposisi dan spesies di dalam sampel. Semakin banyak jenis organisme yang terdapat
dalam sampel maka makin besar pula keanekaragaman, meskipun harga ini juga
tergantung pada jumlah total individu masing-masing spesies.
Pengambilan sampel dilakukan pada pukul 10.00 WITA di Perairan Pantai Bungku Toko dengan tiga
titik lokasi yaitu pengamatan plankton di kolom air, bentik diatom atau pada
substrat dan pengambilan sampel epiphyte.
Saat
itu fitoplankton menyukai kondisi seperti itu kerana suhunya belum terlalu
panas pada pengambilan sampel suhu
perairan Bungkutoko saat itu 30o C ,salinitas perairan Bungkutoko 35
%o dan pH 7. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nontji,
(2008) bahwa Dalam bentuk
morfologinya plankton memiliki tipe pola adaptasi seperti tipe
kantong/gelembung, tipe jarum atau rambut, tipe pita, tipe bercabang. Selain itu plankton dapat banyak
dijumpai pada siang hari jenis phyto dan
temperature berkisar antara 24-34o C dan salinitas dampat
mempengaruhi komposisi jenis.
Sampel
pada kolom air dilakukan dengan menggunkan plankton net dilakukan dengan cara
mengambil air laut sebanyak 10 kali, dengan volume ember yang digunakan untuk
mengambil air laut yaitu sebesar 5 liter. Air laut yang diambil tadi kemudian
disaring dengan menggunakan plankton net untuk menyaring plankton yang terdapat
pada air laut tersebut, sampel plankton tersebut kemudian disimpan pada botol
specimen yaitu botol sampel. Untuk bentik diatom diambil pada substrat dan
sampel ephypyte pada lamun jenis (Enhalus ekroides) dengan
lebar 1,4 cm dan panjang 10 cm, selanjutnya pengamatan sampel dilakukan di Laboratoium
Produksi Perikanan Unhalu Kendari ditemukan 19 jenis plangkton
yaitu Nitzschia sp., Navicula
sp.,
Pleurosigma directum, Cocconeis sp., Thalassiosira sp., Eunotia sp., Surirella sp., Campyloneis
sp., Licmophora, Chaetoceros sp., Biddulphia sp., Ditylum
sp., Coscinodiscus sp., Surire sp., Tabellaria fenestrate, Diatoma sp., Asterionella sp., Amphipora
sp., Pinnularia sp.
Berdasarkan data yang diperleh tersebut dilakukanlah
analisa data mengenai kelimpahan, keanekaragaman dan dominasi serta keseragaman
plankton. Kelimpahan diperoleh nilai yaitu 27306,66667 ind/L,
keanekaragaman diperoleh sebesar 2,766855908 ind/mg dan dominasi
sebesar 0,06640625 ind/mg serta keseragaman sebesar 0,976578736 ind/L. Dari hasil analisa ini dapat
diketahui bahwa kelimpahan plankton di Perairan Pantai Bungku Toko sedang,
keanekaragaman plankton di Perairan Pantai Bungku Toko sedang. Hal Ini sesuai dengan kriteria Odum (1996), untuk menyatakan
keanekaragaman suatu organisme jika kelimpahan lebih dari 1 kurang dari 3 maka dikategorikan
keanekaragaman suatu organisme itu sedang, tidak terdapat jenis plankton yang
mendominasi dan komunitas plankton di Perairan Pantai Bungku Toko stabil.
Hal lain yang mempengaruhi Perubahan jumlah kelimpahan populasi plankton
disebabkan curah hujan dan arus. Curah hujan menyebabkan
terjadinya pengenceran air dan
penurunan salinitas, serta meningkatkan
masukan unsur hara dari daratan yang terbawa oleh luapan air sungai. Pada musim penghujan pertumbuhan populasi fitoplankton cenderung tinggi dan melimpah, menyebabkan biota air lainnya, misalnya ikan, melakukan perkembangbiakan karena tersedia cukup makanan. Pertumbuhan fitoplankton secara kasar dapat digolongkan menjadi dua tipe,
yaitu singkat, produktivitasnya meledak
sangat pesat
panjang dan masa pertumbuhan sangat lambat. Kondisi cuaca yang relatif tenang dan perairan yang dangkal menyebabkan tidak terjadi stratifikasi suhu, populasi fitoplankton tumbuh dengan cepat di
lapisan epilimnion yang tersedia cukup unsur hara dan sinar matahari
(Nontji, 2008).
Belum dapat dipastikan bahwa ketidak tepatan waktu pengambilan
sampel adalah penyebab tinggi rendahnya kelimpahan, keanekaragaman dan
dominansi organisme planktonik pada ketiga tipe habitatnya. Diasumsikan bahwa
masih ada faktor abiotik maupun biotik ataupun faktor pembatas yang ada dalam
populasi itu sendiri lain yang tidak diamati yang turut mempengaruhi hal ini.
V.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan
hasil pengamatan dan pembahasan, simpulan yang dapt ditarik dari praktikum ini
adalah sebagai berikut:
1.
Komunitas
plankton pada badan air, pada daun sea
grass sebagai epifit, dan pada substrat dasar perairan, mempunyai kondisi
struktur komunitas yang stabil
2.
Jenis-jenis
plankton yang ditemukan Nitzschia sp., Navicula sp., Pleurosigma directum, Cocconeis sp., Thalassiosira sp., Eunotia
sp., Surirella sp., Campyloneis sp., Licmophora, Chaetoceros sp.,
Biddulphia sp., Ditylum sp., Coscinodiscus
sp., Surire sp., Tabellaria fenestrate, Diatoma sp., Asterionella sp., Amphipora
sp., Pinnularia sp.
B. Saran
Sebaiknya
penjelasan tentang karakteristik dan sedikit pemahaman mengenai plankton yang
ditemukan dibawah mikroskop dijelaskan secara singkat agar praktikan lebih
tertarik dan mengerti tentang objek plankton yang diamati dan pada saat
pengmatan berlansung dibedakan mana jenis plankton yang ada pada badan air,
bentik diatom dan ephypite agar dalam menganalisa data untuk ketiga kelompok
tersebut tidak kacau balau.
.
DAFTAR PUSTAKA
Djumanto.,
Sidabutar, T., Pontororing, H., Leipary, R. 2009. Pola Sebaran Horizontal dan
Kerapatan Plankton Di Perairan Bawean. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 13
Hal.
Evendi,
E. 2011. Pemodelan Peran Zooplankton Dalam Siklus Nitrogen Di Teluk Lampung.
Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 14 Hal.
Kasim,
M., Wanurgaya. 2009. Penuntun Praktikum Planktonology. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo. Kendari. 30 Hal..
Nontji,
A. 2008. Plankton Laut. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Jakarta.
Rahman,
A. 2008. Kajian Kandungan Phospat dan Nitrat Pengaruhnya terhadap Kelimpahan
Jenis Plankton di Perairan Muara Sungai Nelayan. Kalimantan Scientiae. (71). 24
Hal.
Sulawesty,
F. 2008. Komposisi Diatom Epifit di Perairan Busang. Kalimantan.Warta Limnologi.(41). 35-44.
Sunarto.
2008. Karakteristik Biologi dan Peranan Plankton Bagi Ekosistem Laut. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjajaran. Jatinangor. 41 Hal.
Widyorini,
N. 2009. The Community
Structure Of Phytoplankton Based
On Pigment Content in Jepara
Estuary. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang. Jurnal Saintek Perikanan. (2). 69–75.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar