Rabu, 16 Januari 2013

laporan lengkap planktonologi


I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Jumlah dan keanekaragaman jenis biota yang hidup di laut sangat menakjubkan, walaupun sudah banyak diketahui jenis-jenis tersebut ilmuan masih saja menemukan penghuni-penghuni baru terutama di daerah terpencil dan lingkungan laut yang dulunya tidak pernah dijangkau orang. Perbadaan dalam berbagai keadaan lingkungan laut sangat besar dalam mempengaruhi penyebaran biota-biota laut tersebut (Sunarto, 2008).

Senin, 14 Januari 2013

ubur-ubur ceesiopea


I. PENDAHULUAN
Di bumi ini terdapat lebih dari satu juta spesies hewan yang telah terindentifikasi. Hewan-hewan tersebut mempunyai banyak persamaan atau perbedaan, baik dalam bentuk, ukuran maupun hubungan-hubungannya berdasarkan filogenetiknya. Untuk memudahkan cara pengenalan, mempelajari dan untuk berkomunikasi tentang berbagai jenis hewan tersebut, maka perlu adanya suatu sistematika yang dapat menggolongkan  hewan tersebut.
Dengan semakin meningkatnya aktivitas penduduk didaratan dewasa ini, maka lautan merupakan sasaran dalam penggalian sumber daya alam untuk mengetahui kebutuhan yang terus meningkat dimasa-masa mendatang. Salah satu sumber daya perikanan khususnya perairan yang perlu diperhatikan kelestarian dan pemanfaatannya adalah ekosistem phylum Cnidaria. Dari sudut etimologi, kata Cnidaria berasal dari bahasa Yunani "cnidos" yang berarti "jarum penyengat". Salah satu spesises dari phylum Cnidaria adalah Caessiopea sp. Untuk mengetahui lebih jelas daripada spesies Caessiopea sp. ini akan dijelaskan pada pembahasan selanjutnya.




II. KLASIFIKASI
Cassiopeia sp. dikenal sebagai "ubur-ubur terbalik" karena terletak di bagian bawah dengan permukaan aboral bawah, atas pasir, dan permukaan oral up yang terkena air di atasnya (Gambar 2).
            Menurut Fox (2006), Cassiopea dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom:  Animalia
Philum: Cnidaria
Kelas: Scyphozoa,
Ordo: Rhizostomeae
Vamili: Cassiopeidae
Genus: Caessiopea
Spesies: Caessiopea sp.













III. MORFOLOGI DAN ANATOMI
a. morfologi
Bentuk morfologi Cassiopea sp. yaitu dengan permukaan aboral (exumbrella) bel yang halus dan sedikit cekung seperti bel, tidak memiliki tentakel, namun memilki lengan lisan, ia memilki banyak mulut sekunder yang berada pada lengan lisan manubrium.
Gambar 2. Cassiopeia di sisi tampilan. digambar ulang dan dimodifikasi dari Hyman             (1940) dalam Fox (2006)
a.       Manubrium
Manubrium adalah kolom tengah dekat yang muncul dari pusat pada permukaan mulut bell. Ubur-Ubur ini akan menggunakan Manubrium berputar secara lembut sehingga bagian permukaan oral (mulut) berenda menghadap ke atas. posisi inilah ketika berorientasi dan makan.
b.      Oral Arms
lengan mulut yang berimpel melekat pada ujung bebas dari manubrium, menyebar keluar dari manubrium.
b. Anatomi
            Bentuk anatomi Caessiopea Sp. dapat di lihat pada gambar 3 berikut ini





Gambar 3. Oral permukaan Cassiopeia sp.  dari Big Pine Key, Florida (Fox, 2006)
            Pada scyphozoans sebagian alat mulut terdiri dari empat lengan yang melalui mulut sekitar manubrium. Keempat lengan mulut yang ini hadir namun masing-masing bercabang sehingga terdapat delapan lengan fungsional memancar dari manubrium di tengah permukaan oral.







Gambar 3. representasi kanal brakialis Cassiopeia sp. Scyphozoa (Fox, 2006)
1.      Brachial Canal: kanal brakialis terlihat hanya di bawah pada permukaan mulut setiap lengan, Kanal ini sangat dekat dengan permukaan oral
2.      Manubrium Canal: Dua kanal brakialis dari dua lengan sepasang bergabung satu sama lain setelah mencapai manubrium dan membentuk kanal manubrial besar yang berjalan secara vertikal di manubrium, tegak lurus terhadap kanal brakialis, untuk memasuki perut.
3.      Stomach: Perut yang besar dapat dilihat secara jelas dengan cahaya yang ditransmisikan dari mikroskop. Mengatur bell agar tetap basah.
4.      Subgenital Pit: merupakan lapisan epidermis dari permukaan dan masing-masing menghubungkan dengan sebelah luar oleh satu kanal pendek dan pori-pori axillary terlokasi pada interradius aksil di antara dua lengan mulut.



IV. FUNGSI FISIOLOGI
a. Sistem Pencernaan
Pencernaan berlansung secara ekstraseluler di dalam rongga gastrovaskuler (terdiri atas sebuah rongga sentral dan empat kantong gastrovaskuler). Sistem saluran gastrovaskular terdiri atas: mulut, maubrium, perut pusat yang bercabang membentuk empat kantong perut yang dibatasi oleh septum.
b. Sistem Saraf
Sistem saraf tersusun seperti jala dan sinaptik. Cincin saraf seperti padahydromedusa hanya dimiliki oleh ordo Coronatae, sedang pada jenis yang lain gerak  berdenyaut dikendalikan oleh pusat saraf tepi lonceng, berjumlah empat sampai enam belas. Pusat saraf terletak dalam rhopalium yamg buerbentuk seperti benjolan kecildiantara lappet dan berisi dua buah lubang indera, sebuah statocys, adakalanya sebuahocellus.
c. Reproduksi dan daur hidup
1.      Reproduksi secara aseksual: Dalam Cassiopea, seperti pada ubur-ubur yang lain, scyphistoma (tahap polip) bentuk-bentuk aseksual dihasilkan tunas vegetatif, yang melepaskan diri dari polip dan bermetamorfosis menjadi scyphistomae baru. Setelah polip yang terinfeksi dengan zooxanthellae, mereka membentuk medusa (tahap kehidupan yang anggap sebagai "ubur-ubur") secara aseksual dengan proses yang dikenal sebagai Strobilasi, yang melibatkan fisi transversal berulang dari scyphistoma (Ojimi, et al., 2009 dalam Leo, 2012).
2.      Reproduksi secara seksual: Reproduksi Scyphozoa: Seksual (medusa) dan Aseksual (polyp). Umumnya scyphomedusa bersifat dioecious. Gonad terdapat pada gastrodermis. Sel telur atau sperma masuk ke dalam rongga gastrovaskular dan keluar melalui mulut. Pada jenis Semaeotomae, telur menyangkut pada renda oral arm yang berfungsi sebagai tempat pengeraman.










Gambar 4. Daur hidup scyphozoan (www.workprees.com)
Betina yang dewasa Cassiopea memasukkan sperma dilepaskan ke dalam air sekitarnya oleh laki-laki. Mereka menyelimuti telur dibuahi di internal lendir dan membungkus massa ini sekitar dasar jenis kelamin tertentu vesikel, sehingga melindungi embrio sampai menetas larva Planula bersilia dari amplop telur. Selain Planula seksual dihasilkan, Cassiopea juga memproduksi Planula-seperti tubuh renang oleh budding aseksual. Kedua jenis larva, baik yang diproduksi secara aseksual dan seksual, harus menemukan substrat keras yang mengendap dan berubah menjadi polip (scyphistoma) (Muller dan Leitz 2002). Bigelow (1900, dikutip dalam Ojimi et al. 2009) melaporkan bahwa spesimen terkecil "Cassiopea xamachana" ditemukan mengandung telur diukur 6,5 cm dengan diameter dalam (Leo, 2012).
2.3. Habitat dan Distribusi
            Cassiopea sp.adalah dasar-penghuni, yang tinggal di daerah dengan relatif jernih, air yang dangkal, laguna tropis, dan hutan bakau serta lumpur berpasir, (hal ini diperlukan untuk memungkinkan photosynthesizing symbionts di permukaan oral untuk menerima cahaya yang cukup di siang hari). (Shapiro & Leo, 2012).
Penyebaran Caessiopea sp. secara luas di Pasifik tropis dan barat Atlantik. Meskipun Cassiopea terdapat di Bermuda, Florida selatan menandai batas utara rentang utama dari spesies Cassiopea Karibia, perairan pesisir Timur Surabaya (Ria,2012).
Menurut Manuputty marga Caessiope banyak terdapat di perairan Florida dan Karibia, marga Cephea terrdapat di perairan Indo-Pasifik. Ubur-ubur berenang dengan jalan mengembang dan mengempiskan payungnya secatra berirama dan dengan interval yang teratur. Frekuensi berenang tergantung pada ukuran tubuh, kontraksi tubuh biasanya 20-30 kali per menit untuk hewan yang diameter payungnya 15 cm  dan toleransi terhadap suhu berkisar antara -0.6 º  C – 31 ˚ (Manupputy, 1988) dengan temperature optimum 9º C- 19 º C. Perubahan temperatur mempengaruhi konstraksi payung dan juga konsumsi oksigen.
Cassiopea masuk dalam ordo Rhizostoma ia dapat tahan dalam toleransi pada perairan payaudengan komposisi 30 % bagian laut dan 70 bagian air tawar apa bila perubahan terjadi secara perlahan-lahan dan dapat bertahan pada suhu yang sedang.
2.4. Makanan dan Kebiasaan Makan
            Cassiopeia bersandar dengan belakangnya atau cawannya (permukaan aboral) pada bagian bawah dan berdenyut di tepi cawanya untuk memindahkan air segar ke atas permukaan dengan menggunakan lengan. Hal ini membawa krustasea kecil (dan oksigen) ke permukaan (atas) mulut lengannya (Fox, 2006).
            Pada hewan Scyphozoa bersifat karnivora. Makananya berupa ikan-ikan kecil, mangsa tersebut ditangkap dengan bantuan tentakel yang  mengandung nematosis, kemudian dibawa ke mulut dan siap di telan. Di dalam mulut, makanan tadi akan melalui benang-benang gastric dan septa yang dapat mengeluarkan enzim yaitu semacam larutan asam yang akan melarutkan ptotein dan khitin (Manuputty, 1998).



2.5 Nilai Ekonomis
Ubur-Ubur berpotensi sebagai sumber bahan material baku kermik tahan api, di Pulau Jawa hampir seluruh pesisir pantai pada musim tertentu diadakan penangkapan Ubur-Ubur secara besar-besaran untuk dijadikan bahan  Produksi tepung ubur-ubur, ubur-ubur asin ( Syukur 2008)
Selain  beberapa jenis Scyphozoa yang dapat dijadikan bahan makanan bagi manusia, masi banyak peranan ubur- ubur dalam ekosistem. Secara ekologi Ubur-ubur berperan membatasi populasi hewan mangsanya yang umumnya zooplankton lain seperti kepepoda dan larva ikan. Ubur-ubur juga dapat menjadi mangsa bagi hewan lain seperti ikan dan penyu (Haryono, Dkk, 2008).











V. PENUTUP
Dari pembahasan di atas penulis dapat mengambil simpulan sebagai beriku:
Cssiopea dapat diklasifikasikan yaitu Kingdom:  Animalia, Philum: Cnidaria, Kelas: Scyphozoa, Ordo: Rhizostomeae, Vamili: Cassiopeidae, Genus: Caessiopea, Spesies: Caessiopea sp.
Bentuk Cassiopea adalah permukaan aboral (exumbrella) bel yang halus dan sedikit cekung seperti bel, tidak memiliki tentakel, namun memilki lengan lisan, ia memilki banyak mulut sekunder yang berada pada lengan lisan manubrium. Fungsi fisiologi meliputi sistem pencernaan, sistem saraf, system eksresi dan reproduksi serta daur hidup. Habitat dan distribusi Cassiopea adalah dasar-penghuni, yang tinggal di daerah dengan relatif jernih, air yang dangkal, banyak ditemukan di Florida dan pesisir Timur Surabaya. Ubur-Ubur dapat dijadikan sebagai bahan makan, tepung, dan sebagai bahan baku pembuatan keramik tahan api.






DAFTAR PUSTAKA

Haryono Dkk., 2008. Fauna Indonesia. Pusat Penelitian Biologi. LIPI. Bogor. Volume 8 No.1. 2008.  ISSN 0216-9169.

Fox, R., 2006. Invertebrata OnLine Anatomi.(Cassiopeia Xamachana  Upside Down Jelly fish). Pendarat  Universitas. http://lanwebs. lander.edu/faculty/ rsfox/invertebrates / cassiopeia.html. Diakses pada tanggal 12-10-2012.

Manuputty. A. E. W.,1988. Ubur-Ubur (Scyphomedusae) dan Carapengolahannya. Pusat Penelitian dan Kelembagaan Oseonologi. LIPI. Jakarta. Oseana, Volume XIII, No. 2:49-61,1988. ISSN 0216-1877.

Ria, H., Dkk., 2011. Komposisi, Kelimpahan Dan Distribusi Ubur-Ubur. Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya.

Sukur, M., 2008.  Potensi Ubur-Ubur Sebagai Sumber Material Baku. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Shapiro & Leo., 2012. Cassiopea.  http://Cassiopea|Eolspecies-EOL Rapid Response  LifeDesk - LifeDesks. Di akses pada tanggal 12-10-2012.

 

ubur-ubur (caesiopea)

Rabu, 02 Januari 2013

EKOSISTEM PESISIR



II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Ekologi
Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari organisme dalam tempat hidupnya atau dengan kata lain mempelajari hubungan timbal-balik antara organisme dengan lingkungannya. Ekologi hanya bersifat eksploratif dengan tidak melakukan percobaan, jadi hanya mempelajari apa yang ada dan apa yang terjadi di alam (Odum 1983), menurut Zoe’aini (2003) Ekologi dapat dibagi menjadi dua yaitu utekologi  membahas  sejarah hidup dan pola adaptasi  individu-individu  organisme terhadap lingkungan, Sinekologi membahas golongan atau kumpulan organisme yang berasosiasi bersama sebagai satu kesatuan. Bila studi  dilakukan  untuk  mengetahui hubungan  jenis serangga dengan lingkungannya, kajian ini bersifat autekologi, apabila studi dilakukan untuk mengetahui karakteristik lingkungan dimana serangga itu hidup maka pendekatannya bersifat sinekologi.

Senin, 12 November 2012

PORIFERA


PORIFERAII   TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi
Menurut Romimohtarto & Juwana (2009), Spons diklasifikaikan sebagai berikut :
                   Kingdom : Animalia
                            Phylum : Porifera
                                    Class : Demospongiae
                                             Ordo : Dictioceractida
                                                    Family : Dicticeractidaceae
                                                             Genus : Spongilla
                                                                    Spesies : Spongilla sp.