I. PENDAHULUAN
Di bumi ini terdapat lebih dari satu juta spesies hewan yang
telah terindentifikasi. Hewan-hewan tersebut mempunyai banyak persamaan atau
perbedaan, baik dalam bentuk, ukuran maupun hubungan-hubungannya berdasarkan
filogenetiknya. Untuk memudahkan cara pengenalan, mempelajari dan untuk
berkomunikasi tentang berbagai jenis hewan tersebut, maka perlu adanya suatu
sistematika yang dapat menggolongkan
hewan tersebut.
Dengan semakin meningkatnya aktivitas penduduk didaratan
dewasa ini, maka lautan merupakan sasaran dalam penggalian sumber daya alam
untuk mengetahui kebutuhan yang terus meningkat dimasa-masa mendatang.
Salah satu sumber daya perikanan khususnya perairan yang perlu diperhatikan
kelestarian dan pemanfaatannya adalah ekosistem phylum Cnidaria.
Dari sudut etimologi, kata Cnidaria
berasal dari bahasa Yunani "cnidos" yang berarti "jarum
penyengat". Salah satu spesises dari phylum Cnidaria adalah Caessiopea sp. Untuk mengetahui lebih jelas daripada spesies Caessiopea sp. ini akan dijelaskan pada
pembahasan selanjutnya.
II. KLASIFIKASI
Cassiopeia sp. dikenal sebagai "ubur-ubur terbalik"
karena terletak di bagian bawah dengan permukaan aboral bawah, atas pasir, dan
permukaan oral up yang terkena air di atasnya (Gambar 2).
Menurut Fox (2006), Cassiopea dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Philum: Cnidaria
Kelas: Scyphozoa,
Ordo: Rhizostomeae
Vamili: Cassiopeidae
Genus: Caessiopea
Spesies: Caessiopea sp.
III. MORFOLOGI DAN ANATOMI
a. morfologi
Bentuk morfologi Cassiopea
sp. yaitu dengan permukaan
aboral (exumbrella) bel yang halus dan
sedikit cekung seperti bel, tidak memiliki tentakel, namun memilki lengan lisan,
ia memilki banyak mulut sekunder yang berada pada lengan lisan manubrium.
Gambar 2. Cassiopeia di sisi tampilan. digambar ulang
dan dimodifikasi dari Hyman (1940)
dalam Fox (2006)
a.
Manubrium
Manubrium adalah kolom tengah dekat
yang muncul dari pusat pada permukaan mulut bell. Ubur-Ubur ini akan
menggunakan Manubrium berputar secara lembut sehingga bagian permukaan oral
(mulut) berenda menghadap ke atas. posisi inilah ketika berorientasi dan makan.
b.
Oral Arms
lengan mulut yang berimpel melekat
pada ujung bebas dari manubrium, menyebar keluar dari manubrium.
b. Anatomi
Bentuk
anatomi Caessiopea Sp. dapat di lihat
pada gambar 3 berikut ini
Gambar 3. Oral permukaan Cassiopeia sp. dari Big Pine Key, Florida (Fox, 2006)
Pada scyphozoans
sebagian alat mulut terdiri dari empat lengan yang melalui mulut sekitar
manubrium. Keempat lengan mulut yang ini hadir namun masing-masing bercabang
sehingga terdapat delapan lengan fungsional memancar dari manubrium di tengah
permukaan oral.
Gambar 3. representasi kanal
brakialis Cassiopeia sp. Scyphozoa
(Fox, 2006)
1.
Brachial Canal: kanal brakialis terlihat hanya di
bawah pada permukaan mulut setiap lengan, Kanal ini sangat dekat dengan
permukaan oral
2.
Manubrium Canal: Dua kanal brakialis dari dua lengan
sepasang bergabung satu sama lain setelah mencapai manubrium dan membentuk
kanal manubrial besar yang berjalan secara vertikal di manubrium, tegak lurus
terhadap kanal brakialis, untuk memasuki perut.
3.
Stomach: Perut yang besar dapat dilihat
secara jelas dengan cahaya yang ditransmisikan dari mikroskop. Mengatur bell agar tetap basah.
4.
Subgenital Pit:
merupakan lapisan epidermis dari permukaan dan masing-masing menghubungkan
dengan sebelah luar oleh satu kanal pendek dan pori-pori axillary terlokasi
pada interradius aksil di antara dua lengan mulut.
IV. FUNGSI FISIOLOGI
a.
Sistem Pencernaan
Pencernaan berlansung secara
ekstraseluler di dalam rongga gastrovaskuler (terdiri atas sebuah rongga
sentral dan empat kantong gastrovaskuler). Sistem saluran
gastrovaskular terdiri atas: mulut, maubrium, perut pusat yang bercabang membentuk empat
kantong perut yang dibatasi oleh septum.
b. Sistem Saraf
Sistem saraf tersusun seperti jala dan sinaptik.
Cincin saraf seperti padahydromedusa hanya dimiliki oleh ordo Coronatae, sedang
pada jenis yang lain gerak berdenyaut dikendalikan oleh pusat saraf
tepi lonceng, berjumlah empat sampai enam belas. Pusat saraf terletak
dalam rhopalium yamg buerbentuk seperti benjolan kecildiantara lappet dan
berisi dua buah lubang indera, sebuah statocys, adakalanya sebuahocellus.
c.
Reproduksi dan daur hidup
1. Reproduksi
secara aseksual: Dalam
Cassiopea, seperti pada ubur-ubur yang lain, scyphistoma (tahap polip)
bentuk-bentuk aseksual dihasilkan tunas vegetatif, yang melepaskan diri dari
polip dan bermetamorfosis menjadi scyphistomae baru. Setelah polip yang
terinfeksi dengan zooxanthellae, mereka membentuk medusa (tahap kehidupan yang anggap
sebagai "ubur-ubur") secara aseksual dengan proses yang dikenal
sebagai Strobilasi, yang melibatkan fisi transversal berulang dari scyphistoma
(Ojimi, et al., 2009 dalam Leo,
2012).
2.
Reproduksi secara seksual: Reproduksi
Scyphozoa: Seksual (medusa) dan Aseksual (polyp).
Umumnya
scyphomedusa bersifat dioecious. Gonad terdapat
pada gastrodermis. Sel telur atau
sperma masuk ke dalam rongga gastrovaskular dan keluar melalui mulut. Pada
jenis Semaeotomae, telur menyangkut pada renda oral arm yang berfungsi sebagai tempat
pengeraman.
Betina yang dewasa Cassiopea memasukkan sperma
dilepaskan ke dalam air sekitarnya oleh laki-laki. Mereka menyelimuti telur
dibuahi di internal lendir dan membungkus massa ini sekitar dasar jenis kelamin
tertentu vesikel, sehingga melindungi embrio sampai menetas larva Planula bersilia
dari amplop telur. Selain Planula seksual dihasilkan, Cassiopea juga
memproduksi Planula-seperti tubuh renang oleh budding aseksual. Kedua jenis
larva, baik yang diproduksi secara aseksual dan seksual, harus menemukan
substrat keras yang mengendap dan berubah menjadi polip (scyphistoma) (Muller
dan Leitz 2002). Bigelow (1900, dikutip dalam Ojimi et al. 2009) melaporkan
bahwa spesimen terkecil "Cassiopea xamachana" ditemukan
mengandung telur diukur 6,5 cm dengan diameter dalam (Leo, 2012).
2.3. Habitat dan Distribusi
Cassiopea sp.adalah
dasar-penghuni, yang tinggal di daerah dengan relatif jernih, air yang dangkal,
laguna tropis, dan hutan bakau serta lumpur berpasir, (hal ini diperlukan untuk
memungkinkan photosynthesizing symbionts di permukaan oral untuk menerima
cahaya yang cukup di siang hari). (Shapiro & Leo, 2012).
Penyebaran Caessiopea sp. secara luas di Pasifik tropis dan
barat Atlantik. Meskipun Cassiopea terdapat di Bermuda, Florida selatan
menandai batas utara rentang utama dari spesies Cassiopea Karibia, perairan
pesisir Timur Surabaya (Ria,2012).
Menurut Manuputty marga Caessiope banyak terdapat di
perairan Florida dan Karibia, marga Cephea
terrdapat di perairan Indo-Pasifik. Ubur-ubur berenang dengan jalan
mengembang dan mengempiskan payungnya secatra berirama dan dengan interval yang
teratur. Frekuensi berenang tergantung pada ukuran tubuh, kontraksi tubuh
biasanya 20-30 kali per menit untuk hewan yang diameter payungnya 15 cm dan toleransi terhadap suhu berkisar antara
-0.6 º C – 31 ˚ (Manupputy, 1988) dengan
temperature optimum 9º C- 19 º C. Perubahan temperatur mempengaruhi konstraksi
payung dan juga konsumsi oksigen.
Cassiopea masuk dalam ordo Rhizostoma ia
dapat tahan dalam toleransi pada perairan payaudengan komposisi 30 % bagian
laut dan 70 bagian air tawar apa bila perubahan terjadi secara perlahan-lahan
dan dapat bertahan pada suhu yang sedang.
2.4.
Makanan dan Kebiasaan Makan
Cassiopeia bersandar dengan belakangnya atau cawannya (permukaan
aboral) pada bagian bawah dan berdenyut di tepi cawanya untuk memindahkan air
segar ke atas permukaan dengan menggunakan lengan. Hal ini membawa krustasea
kecil (dan oksigen) ke permukaan (atas) mulut lengannya (Fox, 2006).
Pada hewan Scyphozoa bersifat karnivora. Makananya berupa ikan-ikan kecil,
mangsa tersebut ditangkap dengan bantuan tentakel yang mengandung nematosis, kemudian dibawa ke
mulut dan siap di telan. Di dalam mulut, makanan tadi akan melalui
benang-benang gastric dan septa yang dapat mengeluarkan enzim yaitu semacam
larutan asam yang akan melarutkan ptotein dan khitin (Manuputty, 1998).
2.5 Nilai Ekonomis
Ubur-Ubur berpotensi sebagai sumber bahan material baku
kermik tahan api, di Pulau Jawa hampir seluruh pesisir pantai pada musim
tertentu diadakan penangkapan Ubur-Ubur secara besar-besaran untuk dijadikan
bahan Produksi tepung ubur-ubur,
ubur-ubur asin ( Syukur 2008)
Selain beberapa jenis Scyphozoa yang dapat dijadikan bahan
makanan bagi manusia, masi banyak peranan ubur- ubur dalam ekosistem. Secara
ekologi Ubur-ubur berperan membatasi populasi hewan mangsanya yang umumnya
zooplankton lain seperti kepepoda dan larva ikan. Ubur-ubur juga dapat menjadi
mangsa bagi hewan lain seperti ikan dan penyu (Haryono, Dkk, 2008).
V. PENUTUP
Dari
pembahasan di atas penulis dapat mengambil simpulan sebagai beriku:
Cssiopea dapat diklasifikasikan yaitu
Kingdom: Animalia, Philum: Cnidaria, Kelas:
Scyphozoa, Ordo: Rhizostomeae, Vamili: Cassiopeidae, Genus: Caessiopea, Spesies:
Caessiopea sp.
Bentuk Cassiopea adalah permukaan aboral (exumbrella) bel
yang halus dan sedikit cekung seperti bel, tidak memiliki tentakel, namun
memilki lengan lisan, ia memilki banyak mulut sekunder yang berada pada lengan
lisan manubrium. Fungsi fisiologi meliputi sistem pencernaan, sistem
saraf, system eksresi dan reproduksi serta daur hidup. Habitat
dan distribusi Cassiopea adalah dasar-penghuni, yang tinggal di daerah dengan
relatif jernih, air yang dangkal, banyak ditemukan di Florida dan pesisir Timur
Surabaya. Ubur-Ubur dapat dijadikan sebagai bahan makan, tepung, dan sebagai
bahan baku pembuatan keramik tahan api.
DAFTAR PUSTAKA
Fox, R., 2006. Invertebrata OnLine Anatomi.(Cassiopeia Xamachana Upside Down Jelly fish). Pendarat Universitas.
http://lanwebs.
lander.edu/faculty/ rsfox/invertebrates / cassiopeia.html.
Diakses
pada tanggal 12-10-2012.
Manuputty. A. E. W.,1988. Ubur-Ubur (Scyphomedusae) dan Carapengolahannya. Pusat Penelitian
dan Kelembagaan Oseonologi. LIPI. Jakarta. Oseana, Volume XIII, No.
2:49-61,1988. ISSN 0216-1877.
ubur-ubur (caesiopea)